Sumber: Kompas.com
Info.hallobanua.com - Apakah kita memiliki masa kecil yang
traumatis dan mempengaruhi kehidupan saat ini? Pertanyaan tersebut pasti pernah
singgah di benak kita ketika mengalami gejolak emosional tertentu. Kita lalu
menduga-duga dan berusaha mengulik kenangan masa kecil untuk memahami lebih
jauh pengalaman di masa lalu.
Annie Wright, LMFT, psikoterapis
berlisensi dari Berkeley, Amerika Serikat mengatakan jawaban atas pertanyaan
tersebut tidak pernah sederhana.
"Ini rumit, dan perlu
dijawab dengan cara yang bijaksana dan disengaja," katanya, dikutip dari
Psychology Today.
Menurutnya, kita harus
mendefinisikan trauma dan beberapa pertimbangan lainnya untuk menilai dampak
masa kecil itu.
Apakah masa kecil kita traumatis?
Annie mengatakan, ketika kita mempertanyakan hal itu artinya ada sebagian kecil
dari diri yang sudah memiliki jawaban yang dibutuhkan.
"Jika Anda googling
pertanyaan ini, 'Apakah masa kecil saya traumatis?', percayalah bahwa sebagian
dari Anda sudah tahu jawabannya," ujarnya.
Menurutnya, orang yang memiliki
masa kecil yang normal dan bahagia sama sekali tidak pernah mempertanyakan hal
itu dalam kehidupan dewasanya.
Sedangkan, orang yang memiliki
masa kecil disfungsional, kasar, atau kacau awalnya kerap mengabaikan
pertanyaan tersebut namun pikiran tersebut terus-menerus datang kembali.
"Trauma psikologis bersifat
subjektif dan relatif," jelas Annie. Hal yang membuat sesuatu traumatis
bagi satu orang mungkin tidak traumatis bagi orang lain, tergantung pada
kemampuan kita menghadapinya.
Namun terapis trauma dan penulis
Karen Saakvitne mengatakan trauma dapat menjadi serangkaian kondisi yang
bertahan lama.
Kondisi seperti itu kompleks dan
berlarut-larut, artinya terjadi berulang kali dari waktu ke waktu dan mencakup
lebih dari satu peristiwa. Contohnya dapat mencakup pengabaian atau ancaman
pengabaian; pelecehan verbal, emosional, atau fisik; menyaksikan kekerasan
dalam rumah tangga, dll.
Annie, yang juga pakar
penyembuhan trauma, menambahkan penting juga menambahkan realitas subjektif
saat menilai masa kecil kita.
"Pengalaman subjektif Anda –
realitas individual Anda yang unik – adalah bagian dari apa yang menentukan
apakah sesuatu terasa traumatis atau tidak," terangnya.
Sebagai contoh, saudara kandung
yang beranggapan perceraian orangtua tidak memicu pengalaman buruk. Namun kita
memiliki pendapat berbeda karena merasakan dampaknya sehingga menilai masa
kecil kita traumatis.
"Tidak ada pendapat yang
objektif tentang apa yang membuat sesuatu traumatis atau tidak. Terserah Anda
untuk mendefinisikan," tegas Annie.
Ia juga menambahkan, pertanyaan
tersebut penting untuk diutarakan dan dicari jawabannya, meskipun terasa tidak
nyaman.
Kina / may
0 Komentar