Sumber: kompas.com
Info.hallobanua.com - Seorang
ibu akan rela melakukan apa pun demi anak, meski harus mempertaruhkan nyawa.
Seperti yang dilakukan Chalise Smith, wanita berusia 50 tahun asal El Paso,
Texas, Amerika Serikat. Kendati usianya sudah mendekati masa menopause, Smith
mau menjadi ibu pengganti atau surogasi bagi putrinya yang memiliki masalah
kesuburan, Kaitlyn Munoz. Perjalanan kisah ini dimulai pada Januari tahun lalu.
Ketika itu, Munoz sedang memarkirkan mobilnya di
halaman toko ritel Costco. Selama menunggu putranya, Callahan, ia tiba-tiba
merasakan kesedihan.
"Sehari sebelumnya, saya mengetahui
sekelompok anggota keluarga sedang hamil dan mengatakan betapa mudahnya
itu," ungkap Munoz kepada Today. Sementara, Munoz dan suaminya,
Miguel sudah berjuang
menghadapi masalah ketidaksuburan selama bertahun-tahun. Putranya, Callahan,
lahir melalui bantuan in vitro fertilization (IVF) alias bayi tabung pada 2019.
Lantaran menderita penyakit autoimun yang menyebabkan ginjalnya mengalami
kerusakan, Munoz diberitahu dokter, dia akan kesulitan untuk hamil lagi secara aman.
"Saya merasa hancur. Apa yang saya inginkan hanyalah keluarga besar,
seperti yang sudah saya miliki," kata dia.
Tidak lama, ponsel Munoz
berdering. Ia mendapat panggilan telepon dari ibundanya, Chalise Smith. Momen
itulah yang akan mengubah hidup anak dan ibu tersebut.
"Saya katakan padanya, 'saya tahu kamu
memiliki dua embrio yang tersisa dari sisa siklus IVF." "Saya ingin
membawa embrio itu jika kamu memperbolehkan, dan saya menjadi ibu pengganti
anakmu'," ucap Smith mengisahkan.
Saat itu, Smith
sudah menginjak usia 49 tahun. Ia masih mengingat bagaimana putrinya terkejut
mendengar tawaran itu. "Kaitlyn mengatakan 'apakah kamu menyadari apa yang
kamu katakan? Ini adalah masalah besar'," kenang Smith. "Saya
menjelaskan, hal itu bukan keputusan yang dibuat secara terburu-buru."
Menurut Smith, ide surogasi pertama kali muncul usai Munoz mengiriminya sebuah
video.
Dalam video tersebut, Munoz
mengaku bersyukur dapat melahirkan Callahan. "Dia mengakui Tuhan sadar
akan dirinya dan mengasihi dia," terang Smith. Setelah melihat video
tersebut, emosi sang ibunda pun meluap. "Saya hanya berpikir saya harus
membawa embrio itu." "Tetapi saya juga berpikir saya akan segera
berusia 50 tahun. Apakah keputusan ini bijaksana? Apakah ini pilihan yang
tepat?"
Tiga minggu berselang,
setelah mempertimbangkan matang-matang dan berdoa, Smith menemukan jawaban yang
ia cari. "Panggilan telepon dari ibu saya itu mengejutkan," tutur
Munoz. "Saya mengalami hari yang berat. Sepertinya ia merasakannya,"
sambung dia. Smith pun secara medis diperbolehkan mengandung untuk kesembilan
kalinya. Dua embrio Munoz yang tersisa dipindahkan melalui IVF. Pada 17 Mei,
Smith melahirkan Alayna Kaitlyn Chalise Munoz di American Fork Hospital di
Utah, AS. Bayi mungil berbobot sekitar 3,5 kilogram itu lantas diserahkan ke
pelukan Munoz.
Momen ibu dan anak memeluk sang bayi diabadikan
oleh fotografer Kenna Toolson. "Mereka merasakan kekuatan cinta. Mereka
merasakan kekuatan tanpa pamrih dan pengorbanan," kata Smith. "Itu
sangat emosional. Kami baru saja mengalami momen kemuliaan di bumi ini, hanya
sesaat di surga." Smith sekarang sudah melewati tiga minggu
pascapersalinan dan merasa kondisinya baik-baik saja. "Keesokan harinya
saya bahkan tidak merasa punya bayi. Itu seperti belas kasihan fisik yang
lembut. Pemulihan saya bukan masalah besar."
asa/may
0 Komentar